Sedikit Curhat: Saya, MAIKA, dan Komunitas Vocaloid Indonesia

Jumat, Februari 24, 2017

Oleh desire-drive (@hiomaika)

Entah kesurupan apa saya sehingga saya kepengen curhat dan nuangin ke blog ini. Baiklah langsung saja. 🐧

Berawal dari kabar-kabar akan rilisnya pustaka suara Vocaloid berbahasa Spanyol yang “bisa berbagai bahasa”, saya langsung penasaran. Dan saya dapatkan informasi bahwa itu adalah MAIKA, pustaka suara Vocaloid bahasa Spanyol besutan Voctro Labs, S.L.—“bapak” teknologi Vocaloid—yang dikembangkan dengan fonem ekstra, memungkinkannya bernyanyi dalam bahasa Katalan dan bahasa Inggris, namun tidak menutup kemungkinan berbagai bahasa lainnya. Saya langsung cek ke situs resminya dan melihat daftar fonemnya, saat itu saya sedang giat-giatnya menjadi “linguis gadungan” dengan mendalami fonem dan berpikir “Wah keren, ini juga cocok untuk bahasa Indonesia.” Saya kemudian excited terhadap MAIKA hingga rilisnya.

Desember 2015, entah kesurupan apa lagi, saya “mengambil” editor Vocaloid 4 dan pustaka suara MAIKA. Dengan beberapa percobaan, dan “Sukses! Benar-benar sesuai. Biarpun sedikit terdengar aneh, dengan minor tweak bisa bagus, dan juga biarpun masih teraksen, dia hampir kedengeran kayak orang Indonesia beneran,” saya berpikir demikian. Sampailah tanggal 18, saya membuat kover paling pertama saya menggunakan Vocaloid untuk memperingati hari rilisnya MAIKA. Bisa dilihat di bawah (termasuk juga daftar putar kover Vocaloid saya tatuh di bawah. Bisa juga mampir ke akun SoundCloud saya, ada beberapa kover lainnya yang saya taruh di sana).



Setelah beberapa lama memproduksi kover, entah secara sadar atau tidak—sebenarnya baru-baru ini saya menyadari, dulunya saya cuma main-main saja—, saya telah melakukan sesuatu dengan tujuan dan latar belakang tersendiri (cieilah kayak tugas akhir aja, kuliah aja baru semester dua 😂):

Saya ingin agar Vocaloid MAIKA dapat dikenal dan digunakan cukup luas dalam komunitas Vocaloid di Indonesia, baik itu pada penggemar maupun pengguna software Vocaloid itu tersendiri.

Dan saya sadari bahwa komunitas Vocaloid di Indonesia cukup berkembang, baik itu dari segi penggemar, hingga lagu-lagu orisinil buah tangan komunitas. Kebanyakan lagu-lagu tersebut berbahasa Indonesia, dan hampir semuanya menggunakan pustaka suara yang dimaksudkan berbahasa Jepang, entah karena faktor popularitas, ketidaktahuan adanya pustaka suara alternatif, atau hal lainnya.

Jujur saja saya tetap menikmatinya, namun dengan berbagai keterbatasan yang ada dalam pustaka suara tersebut—saya mengakuinya sejak membuat kover lagu “Sepatu” pakai Fukase. Biarpun saya tahu cara men-tweak agar agak sesuai, namun tetap terkesan maksa—, saya lalu berpikir bahwa apakah yang saya nikmati bisa juga dinikmati yang lainnya?

Sudah cukup bagian tujuan dan latar belakangnya. Oleh karena itulah saya memproduksi kover berbahasa Indonesia menggunakan MAIKA, dengan harapan bukan hanya memperkenalkan “sang guru bahasa”—seperti yang pernah saya bilang, ini headcanon saya—, namun juga mendorong komunitas untuk berkarya menggunakannya.

Namun entah kenapa saya mulai mempertanyakan “Apakah sudah cukup efektif apa yang saya lakukan untuk tujuan saya?” Biarpun kover-kover yang saya produksi sudah mencapai lebih dari 50 kali pemutaran di SoundCloud, malahan ada yang lebih dari 150 kali pemutaran—capaian yang cukup mengagumkan untuk ukuran akun yang berkembang seperti akun saya—, saya masih belum begitu terpuaskan dikarenakan pertanyaan tentang efektivitas tadi. Capaian yang saya sebutkan tadi saya rasa masih begitu kurang untuk ukuran memperkenalkan, apalagi mendorong penggunaan, kepada komunitas Vocaloid Indonesia yang juga bisa dibilang komunitas besar.

Berbicara soal tanggapan, saya mendapatkan banyak tanggapan yang positif. Cukup banyak yang memberi like, posting ulang, komentar-komentar seperti “Keren!”, “Kece!”, dan yang lainnya. Dari teman-teman sesama pengguna software Vocaloid, namun malahan kebanyakan dari komunitas utaite. 😂 Jangankan yang melek Vocaloid, yang benar-benar buta seperti keluarga saya dan teman-teman sekampus saya yang saya tuning di dekat mereka menganggap ini sebagai teknologi yang keren dan canggih. Sudah cukup ah, entar saya dibilang sombong lagi. 😂

Tanggapan-tanggapan tadilah yang menjadi inspirasi juga penyemangat bagi saya untuk melakukan apa yang saya lakukan ini, biarpun saya belom ada niatan untuk berhenti dari hal yang saya geluti ini.

Oh iya saya hampir lupa. Seperti yang saya bilang di atas bahwa saya ingin MAIKA digunakan luas dalam komunitas, saya juga ingin kayak ada lagu-lagu orisinil pakai MAIKA, terutama lagu berbahasa Indonesia. Kepengen juga bisa masuk album yang cukup dikenal semacam dari Vocapost atau lainnya. Pengen banget. (eh kayaknya lisensinya, kurang tahu juga saya kalau si MAIKA dipakai untuk lagu komersial itu gimana, bisa atau nggak? Pengennya sih bisa)

Atau mungkin kalau masih belum efektif/kesampaian juga, apa mungkin saya harus go professional? 😂 No no, saya nggak bisa ngarang lagu. Paling mungkin saya diajakin kolaborasi sama produser, saya tukang tuningnya. (ngarepnya tinggi banget. 😂)

Saya kepengen juga untuk rilis mesin Vocaloid 5 nanti, entah ujung tahun ini atau setelahnya, pustaka suara yang kaya fonem ini bisa diperbanyak populasinya, atau dalam rilis-rilis berikutnya dibikin no language barrier. Semoga saja. :"D

Udah ah itu aja. Saya mau ngerender video dulu. 🐧

0 komentar

Entri Populer